Thursday, December 1, 2005

"Fire.. fff...fff..."

Tadi malam di luar dinginnya hampir membeku.  Ardian dan Melissa merapat ke depan perapian, dan terlibat dalam per-ngeyel-an.


Ardian:  "Pire..." katanya sambil nunjuk ke perapian.


Melissa:  "Fire..." katanya mengoreksi adiknya yang masih cedal.


Ardian:  "Pire..." matanya sungguh-sungguh bilang bahwa dia mengerti.


Melissa:  "Fire... fff.. fff.. fff.." mulutnya dimonyongkan sambil cium adiknya.


Ardian:  " Pire... shh.. shh.. shh..." menjelaskan sampai ludahnya muncrat.


Melissa:  " Fire! " katanya tegas.


Ardian:  " Api !" katanya lebih tegas lagi.  Ngapain susah-susah bilang "ef".


Buaaa... ha... ha... ha... ha...  my 3 year old baby is a bilingual already!!


 

Tuesday, November 29, 2005

"Nice..."

Intermezo:    Break sebentar dari neuromuscular-therapy flash cards...


Pagi tadi Ardian agak berontak dan sedikit rewel waktu dijemput Kristin, baby sitter-nya.  Dia teriak, "No Keeteen...!!  No Keeteen...!!  Mommy kaki!!"    Artinya, dia nggak mau Kristin pakaikan kaos kakinya, dan sepatunya. Ardian mau Mommy yang pakaikan. Dengan maksud supaya Ardian nggak teriak-teriak minta aku untuk memakaikan sepatunya, Kristin menasehati.


"Say nice", kata Kristin. 


"Nice",  jawab Ardian langsung.  Nurut, tapi tanpa mikir. 


 

Sunday, November 20, 2005

Jawabanku: Coklat!!

Ini ada pertanyaan dari salah satu "adikku",

 

> Kalo mbak Dian lagi sedih, ngapain aja?
> Kalo aku, rasanya kalo udah dipeluk sama seseorang yang aku sayang, hati ini
> damai....
> Kayak dulu, kalo lagi sedih, bawaannya pengen dikelonin sama ibu.
> Nggak usah cerita apapun, hati ini pasti akan terasa lapang.
> Sayang di sini nggak ada yang bisa memeluk aku.

 


Dan ini jawabanku:

Kalau aku:  Coklat. Coklat. Coklat. Terus tidur. Tidur. Tidur. Banyak orang lain yang biasanya nggak enak makan nggak enak tidur saat lagi sedih. Malah salah satu sahabatku jaman kuliah undergraduateku dulu, pernah lagi sutris dia ambil kampak terus pintu kamarnya dikampakin padahal pintu kamarnya kayu jati dengan ukiran Jepara.  Ouch!!  Ada teman kakakku kalau sedih terus berlembar-lembar uangnya disobekin kecil-kecil.... alamaaak!! Itu malah bikin orang lain yang lihat jadi sutris.

 

Kalau lagi sedih, sambil berlinangan air mata aku menyibukkan diri cari persediaan coklatku yang biasanya aku tebar sedikit di sana sedikit di sini, sampai aku puas aku sudah temukan semua terus aku habiskan. Later on, setelah banyak baca artikel dan diskusi tentang coklat barulah aku tahu bahwa coklat adalah salah satu makanan yang mengandung zat kimiawi yang bisa mempengaruhi mood and selera makan karena mengandung endorphins. Ini adalah zat kimiawi seperti opium yang memproduksi positive mood, pengurangan rasa sakit, dan mengurangi stress.  Ha...ha... jelas aku lebih suka makan berkarung-karung coklat daripada ngampakin pintu atau nyobekin duit....

 

Sejak umur 7 tahun aku sudah nggak punya ibu yang bisa aku pelukin or kelonin, jadi pelarianku yang paling aman adalah tidur dan lari ke alam lain.  Kalau lagi sutris, lagi patah hati, lagi marah....  setelah coklat habis, terus mandi bersih keramas dll,  aku biasanya tidur lamaaa...   Siapa tahu aku keterusan mati saat tidur (memang kalau sedih banget perasaan kepengin mati aja), yaaah... paling enggak aku sudah mandi 'gitu.  Dan kalau ada orang di sekitarku yang bisa mijetin, biasanya aku minta dipijetin karena biasanya kalau sutris bawaannya semua otot dan urat jadi kaku.  Lagipula supaya pengaruh coklat lebih cepat beredar di seluruh tubuh.  Rupanya biarpun rasanya mikirin hidup ini jadi setengah gila, ada juga setengahnya dari otakku yang waras...he..he...  Itu cerita saat sedih di jaman duluuu... waktu aku masih single, masih hidup sendiri, dan waktu masih jadi anak indekosan. 

 

Terapi sedih dan stress rupanya berkembang seiring bertambahnya usia mengikuti jaman dan situasi.  Sekarang setelah aku berkeluarga dan punya anak kecil, saat sedih-ku biasanya nggak bertahan lama.  Setelah menghabiskan air mataku di kamar mandi sambil berdiri lama di bawah pancuran air panas, aku main bersama Ardian dan mendengarkan celotehnya yang setengah nggak jelas itu.  And for some reason, Ardian-pun akan pick-up kesedihanku itu dan dia jadi lebih banyak dari biasanya - kepengin aku pelukin dan ciumin.  Itu saja sudah banyak sekali mengurangi sutris-ku.  Ciuman dan pelukan dari dan untuk Ardian bisa meningkatkan hormon oksitosinku - yang menurut para ahli bisa meningkatkan parental behaviorku.  Paling tidak, meskipun aku under a lot of stress - dengan membuka diriku untuk pelukan dan ciuman Ardian, aku telah mendapatkan terapi pengurangan tekanan batinku.  Dan sebaliknya untuk Ardianpun dia akan mendapatkan kenyamanan dan keamanan dalam pelukan dari ibunya.  Terapi yang menempatkan both Ardian dan aku dalam "win-win situation". 

 

Coklat dan pijet dan tidur masih jadi favorit terapiku, tapi terapi melukin Ardian itu yang paling manjur buatku.

 

Friday, September 30, 2005

Ardian


Fall 2005. Back to school, M-F-Th from 9 to 12:30. School is 5 miles away from home, and usually on the way home Ardian is taking a nap.

Tanya: Anak-anak apa yang paling cakep?
Jawab: Anak-anak bilang sih gue...

Album-Ardian