Tuesday, January 29, 2008

I like you the most...

          
 
Ardian:  Sunset at St. George Island 2008 
 
Kemarin dalam perjalanan pulang sekolah, Ardian bertanya,
            “Mommy, do you know…” *menyebut nama mainan, whatever…*
            “No.  Tell me.
            “Oh, it’s a toy that I saw on tivi.

            “Do you like your laptop?” Tanyaku.  Natal kemarin dia dapat hadiah laptop dari salah seorang client-ku yang sangat murah hati.  *Semoga client-ku panjang umur dan murah rejekinya.*

            “Yes.  But I like it only a little bit.  Not too much.” Aku perhatikan memang belakangan ini laptopnya banyak nganggur di case-nya.
           
            “What do you like the most?” tanyaku setengah mengantisipasi jawabannya. Hm! Uh-huh.  Gampang ditebak.  Apa lagi kalau bukan game-nya.  Play station II-nya.

            “I like you, Mommy.  I like you the most...” katanya tanpa ambil nafas dan waktu untuk berpikir.
….
….
…. !

            Hiksss…!!
            Mataku berkaca-kaca.  Pandangan langsung kabur. Tak bisa ditahan, air mata mulai berlinangan.  Kalau aku tidak sedang memegang setir, pasti sudah aku rengkuh dia dalam pelukanku.
            “I like you, Mommy.  I like you the most...”  ulangku setengah berbisik pada diriku sendiri.  Oh, buah hatiku….


            PADAHAL ini yang terjadi malam sebelumnya… :


            Aku sudah jutek menunggu dia di kamar mandi, siap dengan secangkir air dan sikat gigi di tangan.  Setelah setengah teriak memanggil “Ardiaaan…!” untuk ke sekian kalinya, akhirnya kepalanya nongol juga dengan muka bete.

          
            “I DON’T want to brush my teeth! I DON’T want to go to bed!” jeritnya, lalu ancang-ancang untuk lari menjauh. 

            “Well, it’s almost ten o’clock.  It’s late.  Let’s brush your teeth” kataku tegas, sambil kutangkap dan kutarik tangannya supaya mendekat ke wastafel. 

            Kudekatkan cangkir berisi air ke mulutnya, tapi dia tepiskan hingga sebagian airnya memercik ke mukaku.  Secara reflex air sisa di  cangkir itu aku guyurkan ke mukanya.  Dia melongo.  Aku melotot.  Tangisnya langsung meledak keras,
            “Waaaaaaah…!.”
            “Don’t do that again!” hardikku.
            “Don’t push the cup when Mommy’s going to brush your teeth!” lanjutku dengan marah.
            “Waaaaaah….” Dia masih terus menangis.


            Kusambar handuk dari gantungan, aku lap mukanya yang basah kena air untuk gosok gigi - yang kini telah bercampur dengan air matanya.  Kubuka bajunya yang kecipratan air, dan kupakaikan piyama-nya.

            Menyesal.  Hatiku hancur berkeping-keping mendengar tangisnya yang begitu merana.  Masih berlutut - setelah selesai menolongnya berpakaian, dengan diam kurengkuh tubuh kecil itu dalam pelukanku.

            “I love you, Mommy...” katanya sambil masih terisak-isak memelukku.
            “I love you too, Baby...” kucium lembut keningnya, rambutnya, dan kuusap-usap punggungnya.  Tubuh mungil itu berguncang-guncang mencoba menahan tangisnya, melekat di dadaku.
            “I’m sorry…”
            “I’m sorry, too…”
….

            Dari kaca spion kulihat wajah malaikat kecilku.  Tenang duduk di car seat-nya, memandang jendela.  Cahaya matahari sore menerpa, membuat wajahnya bersinar dan rambutnya berkilauan. Matanya kelihatan sangat bening.

            “I like you, Mommy.  I like you the most...”  Kuulang kalimat itu berkali-kali di hatiku. Senyumku mengembang.  Rasa hangat menjalar di mataku.. 
 

Tuesday, January 8, 2008

Ardian and Mom


Selama sebulan mudik, hanya sehari saja aku bisa berduaan sama Ardian! Jalan-jalan berdua, ke Kelapa Gading Mall dan mampir ke studio foto! Maklum emaknya Ardian jarang difoto, apalagi sama Ardian. Anyway ini dipajang karena ada permintaan khusus... hehehe... so, here it is... Ardian and Mom.

Selama sebulan mudik, hanya sehari saja aku bisa berduaan sama Ardian! Jalan-jalan berdua, ke Kelapa Gading Mall dan mampir ke studio foto! Maklum emaknya Ardian jarang difoto, apalagi sama Ardian. Anyway ini dipajang karena ada permintaan khusus... hehehe... so, here it is... Ardian and Mom.





Selama sebulan mudik, hanya sehari saja aku bisa berduaan sama Ardian! Jalan-jalan berdua, ke Kelapa Gading Mall dan mampir ke studio foto! Maklum emaknya Ardian jarang difoto, apalagi sama Ardian. Anyway ini dipajang karena ada permintaan khusus... hehehe... so, here it is... Ardian and Mom.

Monday, March 19, 2007

Ardian, bunga di taman hati






Anak lelaki, haruskah tak perduli
pada wangi bunga di musim semi
pada azalea, lantana, camelia, mawar dan melati
yang tumbuh di taman asri

Anak lelaki,
haruskah tak punya kelembutan hati
selembut cahaya pagi
yang menyinari titik embun
di pinggiran daun bunga musim semi

Anak lelaki,
mendekatlah, dengarlah bisikan angin menyapa pagi
bagai nyanyian para peri
yang menari-nari di kuntum-kuntum bunga ini
hiruplah aroma pagi, peluklah cahaya matahari
dalam kalbumu, dalam senyummu
goreskan semua warna pelangi
di kilatan matamu nan jeli
dan simpanlah erat bersama angan dan mimpi
agar hari-harimu tak lagi sepi
kala ibunda tak lagi ada di sini
bersamamu menikmati pagi musim semi.

Tallahassee di Musim Semi
For Ardian, with love.
(March 2007)

Friday, March 9, 2007

Hari ini ultah sahabatku, Kristin Corbin...

Start:     Mar 10, '07 12:00a
Location:     Tallahassee, Florida.


Kalau kita hidup di Amerika, adalah “luxury” untuk punya pembantu atau nanny - dan kebanyakan dari kita nggak punya kemewahan itu. Tapi kalau punya teman seperti Kristin, betul-betul terasa keberadaannya, misalnya;

- Kalau aku pas harus traveling untuk pekerjaanku, dia selalu bisa aku andalkan untuk jaga Ardian. Kadang kalau suamiku juga traveling untuk pekerjaannya, Ardian malah seringkali nginep di rumahnya. Meskipun ada beberapa teman lain yang bisa jaga, tapi officially dia yang jadi baby sitter-nya Ardian dari sejak bayi sampai sekarang. Bahkan kalaupun dia harus volunteer di kantor sekolah anaknya, dia bela-in bawa Ardian.

- Bukan cuma Ardian dan Melissa saja, tapi anak-anak “camp” ku juga dijaganya, diajarin bikin scrapbook, dibikinkan program yang menarik jadi anak2 nggak kehilangan aku kalau aku harus traveling saat aku menjalankan summer camp.

- Bisa diandelin untuk jaga rumah, artinya kalau aku tinggal bepergian, rumahku selalu di check siang malam. Jadi nggak kepikiran kalau rumahku bakal kemalingan atau kebakaran…

- Kalau aku lagi nggak mood menjalankan profesi jadi Inem, dia bakalan dengan gesit beres-beres rumahku, barang yang nggak perlu langsung dibuang di tempat sampah, seringkali yang masih aku perlukan juga dibuang di tempat sampah.

- Tiap ulang tahunku, selalu dibikinkan surprise party (jadi nggak surprise lagi…)

- Kalau aku sakit – Alhamdulillah jarang – dia bikinkan aku dan keluargaku makanan komplit dari menu utama sampai dessert-nya karena dia pinter masak.

- Dia jadi supporter utamaku (co-founder) mendirikan perkumpulan wanita internasional (Women of the World Society) atau singkatnya WOWS… yang memang anggota-anggotanya … woooow…

- Kegiatan apapun yang aku lakukan, nggak pernah lepas dari keikutsertaannya (ikut campur…? Hehehe…) Dia selalu sibuk mengiklankan dan mencuatkan aku dalam berbagai kegiatan. Kebanyakan dari client-ku adalah hasil dari kerja kerasnya “menjual” aku. Maksudku, jasaku…

- Kalau aku cerita tentang “sahabatku” di Indonesia, dia akan bilang “I am your best friend!” Duh segitunya… hehehe. Tapi meskipun kadang terasa posesif terhadap aku, keberadaannya dalam hidupku memang membuat beban hidupku di negara orang ini terasa lebih ringan…

- Masih banyak lagi tentang Kristin… bukan saja sebagai baby sitter atau nanny, cleaning service, promotor, supporter, advertiser, dan berbagai topi lain yang dikenakannya - tapi yang utama dia adalah teman baik yang membutuhkan aku untuk jadi temannya. It's a great feeling to be needed...

- Dan yang membuat aku tersentuh adalah tulisannya bertahun-tahun yang lalu, yang masih aku simpan ini:


Sunday, October 14, 2001 1:15 PM



Ari,
You remind me of the beautiful little Rainbow Fish.
She shares her sparkling shiny scales with the other fish, making friends with them and making them happy.
She is unselfishly sharing parts of herself with others.
That is how you are.
First of all, you are beautiful. Then...
You are always busy going around doing things for people, making people happy and sharing with them & making friends.
Thank you for all the nice thoughtful thing you do.
I appreciate all your energy, eagerness, thoughtfulness, and kindness that you give me and everyone else.
I hope we will be friends for a lifetime.
Love, Kristin

Hiiiks... pas dibaca lagi, masih terharu juga.
Happy birthday, Kristin... and many more...





Tuesday, November 14, 2006

Cerita yang tersisa... (panenannya)

 


Tentang jeruk keprok


Memang pas banget dengan Lebaran, jeruk keprok-ku yang aku tanam di halaman dua tahun lalu kali ini berbuah lebat dan siap untuk dipanen.  Pohonnya kecil, bahkan diameter terbesarnya saja tidak sampai se pergelangan tanganku.  Rantingnya juga kecil.  Jadi dengan berjubelnya jeruk, dahannya dan beberapa buahnya sampai menyentuh rumput. Di sini jeruk keprok disebutnya "Satsuma"  yang masa berbuahnya waktu Summer dan mulai ranum saat Fall. Pohonnya bertahan saat Winter, asal pas cuaca sedang dingin ber-es pohon-pohon kecil dan perdu yang kita sayangi seperti itu diselimuti dengan selimut khusus untuk tanaman supaya tidak terbakar kedinginan.


Jeruk keprok ini tadinya hanya maksimum berbuah 7-8 biji saja waktu ditanam di pot, dua tahun lalu dipindah ke halaman lalu berbuah 42 butir (daddy-nya Ardian yang mendata!) Jeruk ini besar-besar, manis, dan tidak berbiji.

Aku hitung-hitung berapa jumlah orang Indonesia di sini dan aku rasa jeruknya cukup untuk dibagi-bagikan kepada mereka.  Aku bilang pas sekali dengan Lebaran dan karena kita kumpulnya pas Lebaran, maka itulah saatnya untuk panen jeruk.  Soalnya nggak lucu juga kalau harus driving keliling kota ke rumah teman-teman untuk nge-drop satu butir jeruk saja.  Teman-teman memetik jeruk sendiri, dan seru juga, karena kelihatannya orang "nggak tega" untuk memetik jeruk dari pohon sekecil itu... tapi buahnya betul-betul menantang!  Maka satu persatu buah berpindah kepemilikannya.


Halaman depan rumah kami - seperti juga halaman rumah semua orang di perkampungan kami, tidak berpagar.  Jadi kalau orang yang lewat di jalan, atau tukang sampah yang sedang tugas ambil tong sampah, tukang pos, dan lain-lain - akan dengan mudah bisa memetik jeruk-jeruk itu.  Tapi aku perhatikan, dari sejak suamiku TB (Tuan Besar) iseng mendata populasi pohon kecil itu  - sampai hari ini tidak ada orang yang memetik tanpa sepengetahuan kami.


Rasanya senang, atau mungkin tepatnya bahagia... punya pohon kecil tapi bisa berbagi manisnya dengan banyak orang.  Dari tetangga sebelah rumah, gurunya Ardian di sekolah, sahabat dan teman-teman berorganisasi, clients, komunitas Indonesia di sini, dan tentunya keluarga kami sendiri.  Rasanya bangga melihat hasil panenan pohon jeruk keprok kecil kami.  Padahal tiap minggu kami bisa ke supermarket dan beli sekarung jeruk dengan harga murah.  Tapi rasa jeruk dari pohon sendiri, lebih dari sekedar uang.  Damai dan bahagia.


Dan bahagia itu, kalau tiap hari Tuan Besar mau berangkat ke kantor, mampir ke pohon dulu dan petik satu untuk lunch-nya.  Dan bahagia itu, tiap hari sepulangnya dari sekolah Ardian, aku gelar comforter di halaman dekat pohon kecil itu.  Lalu aku tolong buah hatiku untuk memetik satu-dua butir jeruk dan mengupasnya. Lalu ia akan membagi potongan jeruk yang sudah dikupas, "One for you, one for me" dan aku tangkap jari-jari kecilnya dengan mulutku waktu ia mencoba untuk menyuapiku dan dia tertawa-tawa geli.  Dan beberapa saat setelahnya kami akan rebahan di selimut memandang langit biru menghitung pesawat yang lewat sambil berbagi cerita. 


Dan bahagia di balik sebuah jeruk itu adalah karena bisa mensyukuri nikmatnya hadiah Lebaran ini.  Begitu sederhananya...