Memang pas banget dengan Lebaran, jeruk keprok-ku yang aku tanam di halaman dua tahun lalu kali ini berbuah lebat dan siap untuk dipanen. Pohonnya kecil, bahkan diameter terbesarnya saja tidak sampai se pergelangan tanganku. Rantingnya juga kecil. Jadi dengan berjubelnya jeruk, dahannya dan beberapa buahnya sampai menyentuh rumput. Di sini jeruk keprok disebutnya "Satsuma" yang masa berbuahnya waktu Summer dan mulai ranum saat Fall. Pohonnya bertahan saat Winter, asal pas cuaca sedang dingin ber-es pohon-pohon kecil dan perdu yang kita sayangi seperti itu diselimuti dengan selimut khusus untuk tanaman supaya tidak terbakar kedinginan.
Aku hitung-hitung berapa jumlah orang Indonesia di sini dan aku rasa jeruknya cukup untuk dibagi-bagikan kepada mereka. Aku bilang pas sekali dengan Lebaran dan karena kita kumpulnya pas Lebaran, maka itulah saatnya untuk panen jeruk. Soalnya nggak lucu juga kalau harus driving keliling kota ke rumah teman-teman untuk nge-drop satu butir jeruk saja. Teman-teman memetik jeruk sendiri, dan seru juga, karena kelihatannya orang "nggak tega" untuk memetik jeruk dari pohon sekecil itu... tapi buahnya betul-betul menantang! Maka satu persatu buah berpindah kepemilikannya.
Halaman depan rumah kami - seperti juga halaman rumah semua orang di perkampungan kami, tidak berpagar. Jadi kalau orang yang lewat di jalan, atau tukang sampah yang sedang tugas ambil tong sampah, tukang pos, dan lain-lain - akan dengan mudah bisa memetik jeruk-jeruk itu. Tapi aku perhatikan, dari sejak suamiku TB (Tuan Besar) iseng mendata populasi pohon kecil itu - sampai hari ini tidak ada orang yang memetik tanpa sepengetahuan kami.
Rasanya senang, atau mungkin tepatnya bahagia... punya pohon kecil tapi bisa berbagi manisnya dengan banyak orang. Dari tetangga sebelah rumah, gurunya Ardian di sekolah, sahabat dan teman-teman berorganisasi, clients, komunitas Indonesia di sini, dan tentunya keluarga kami sendiri. Rasanya bangga melihat hasil panenan pohon jeruk keprok kecil kami. Padahal tiap minggu kami bisa ke supermarket dan beli sekarung jeruk dengan harga murah. Tapi rasa jeruk dari pohon sendiri, lebih dari sekedar uang. Damai dan bahagia.
Dan bahagia itu, kalau tiap hari Tuan Besar mau berangkat ke kantor, mampir ke pohon dulu dan petik satu untuk lunch-nya. Dan bahagia itu, tiap hari sepulangnya dari sekolah Ardian, aku gelar comforter di halaman dekat pohon kecil itu. Lalu aku tolong buah hatiku untuk memetik satu-dua butir jeruk dan mengupasnya. Lalu ia akan membagi potongan jeruk yang sudah dikupas, "One for you, one for me" dan aku tangkap jari-jari kecilnya dengan mulutku waktu ia mencoba untuk menyuapiku dan dia tertawa-tawa geli. Dan beberapa saat setelahnya kami akan rebahan di selimut memandang langit biru menghitung pesawat yang lewat sambil berbagi cerita.
Dan bahagia di balik sebuah jeruk itu adalah karena bisa mensyukuri nikmatnya hadiah Lebaran ini. Begitu sederhananya...
udah lama gak ketemu jeruk keprok.........
ReplyDeleteKangen dong?
ReplyDeletekirimin dong mbak.......
ReplyDeletedi sini jarang tuh jeruk....... tapi lagi banyak mangga...........
ya emang beda, Bulik..
ReplyDeletejeruk beli sama jeruk dari halaman sendiri mah....
jadi, ntar Peni dioleh2in jeruk dari halaman Bulik, yaaaaaa.... :p
mau dong jerok keproknya, yumi gitu keliatanya. hehehe
ReplyDeletemau dong jeruknya.
ReplyDeletewah, senengnya.. bagi dong jeruknya :)
ReplyDeletembak ariiiiii mauuuuuuu
ReplyDeletewah wahwah....yang lagi panen...disini yang paling banyak jeruk mandarin...jeruk kecil berkulit keriput yang rasanya manissss bgt...seperti yg tulis reply ini hehehhe
ReplyDeletesenengnya Ari, bisa punya pohon jeruk keprok sendiri.... jadi keinget Bontang deh rumah dengan pohon buah2annya....
ReplyDeletewaaah asyiknya.. :)
ReplyDeletebagi mbak arie... lempar deh via MP... huehehehehee.. udah selesai neh musim jeruk disini and gantian musim mangga sekarang ... :)
ReplyDeleteMbakeeeeeeeeee enak sekali jeruk keproknya kayaknya bangkok ya? Soalnya gede2 rekkk...he he he
ReplyDeleteIya deh. bisa dilempar ke sini gak? Punya kita habis dimakan kepik. Padahal bunganya wangi putih-putih penuh lebat. Ooooh! Sigh!
ReplyDeleteIkut seneng dr sini mbak Arie, dg hasil kebun sendiri bisa menikmatinya dg penuh rasa syukur. Semoga panen berikutnya akan bertambah banyak dan melimpah2 kekebun kami juga...he.
ReplyDeleteSalam dr Holland
mbak, percaya nggak anak jaman sekarang banyak yg gak tau jeruk keprok. mereka taunya jeruk ya jeruk aja. tapi kalo sunkist dan lemon mereka tau hehehe... =)
ReplyDeleteJeruk keprok si pemberi ceria dan kebahagiaan :-)
ReplyDeleteBoleeeh... barteran sama mangganya ya... di sini mangga cuma ada satu macam dan lagi nggak musim. Jadi yang ada itu nggak tahu mangga apa namanya, tapi manis, meskipun sangat berserat.
ReplyDeleteBoleeh... tapi buah segar nggak bisa keluar masuk lewat keimigrasian, Peni, bisa-bisa dibuang deh sama petugasnya. Jadi gimana, dong... fotonya aja, ya... hihihi...
ReplyDeleteBoleh mbak Tika, it's yummy to my tummy...
ReplyDeleteBoleh, metik sendiri ya...
ReplyDeleteIya seneng nih ... pengen juga sih berbagi sama Mbak Nining mumpung belum ludes.
ReplyDeleteBuat Pepy sih aku bisa kirim minyak kayu putihnya aja ... kalau mau jeruknya juga Pepy musti ke sini dan metik sendiri.
ReplyDeleteLho, memangnya mbak itsna yang manisssssss .... sudah berkeriput seperti jeruknya? Hehehe...
ReplyDeleteSebetulnya karena pengen tanam beberapa macam buah-buahan yang bisa ditanam di cuaca Florida, Mbak Esther. Oranges adalah salah satu komoditi utama Florida (selain DISNEY). Why not tanam saja. Dan hasilnya jadi bikin semangat kepengen memenuhi halaman dengan pohon jeruk nih hihihi... Di Bontang punya pohon apa aja, Mbak? Yang aku kepengen sih tanam buah rambutan. Belum nemu rambutan segarnya nih... biar bisa tanam dari bijinya.
ReplyDeleteIya nih, asyik banget seperti anak kecil dapat mainan baru... hihihi... PS: Congratulations untuk buku barunya ya Mbak Dona, nanti kalau pulkam aku akan borong semua bukunya.
ReplyDeleteDi sini sih musim jeruk rasanya nggak pernah berakhir deh. Kalau mangga memang lain cerita, kemarin beli mangga satu box nggak tahu jenis apa pokoknya berserat banget tapi manisss...
ReplyDeleteIs everything okay? Hugs Velly erat-erat...
punya pohon kecil tapi bisa berbagi manisnya dengan banyak orang.
ReplyDelete===
wah jadi tambah termotivasi nanem jeruk neh:)
Emang yang gede-gede itu disebutnya Bangkok ya? Lha ini Florida neeeh... Waaaaah yang baru pulang jalan-jalan ke Perth, apa oleh-olehnya? Kapan dong jalan-jalan ke Tallahassee, ditunggu di depan pintu nih...
ReplyDeleteMbak Ratri, bukannya kepik itu malah "disemai" di pohon-pohon untuk makanin bugs lain? Kenapa malah makan jeruk ya... dasar kepik iseng! Yang katanya nggak boleh diberantas itu yang warnanya hitam dan bertitik-titik merah. Kepik yang itu, bukan? Dulu waktu baru berbunga putih-putih yang wangi semerbak itu, banyak lalat putih yang kecil2 seperti debu yang musti dibasmi - soalnya mereka makan tanamannya. Cara yang paling aman tanpa pakai pestisida adalah dengan menyemprotnya dengan air sabun. Manjur lho, Mbak... itu hasilnya lumayan jeruk bisa berkembang biak dan manis sekali.
ReplyDeleteIya, Uni Dina, sama seperti punya bayi... si ndut Reja (sengaja lagi) juga berbagi senyum sama banyak orang dan bikin happy... kalau nggak ada jeruk, gigit pipinya Reza aja Uni... hihihi....
ReplyDeleteTerimakasih Mbak Efi, memang kami bersyukur banget meskipun untuk hal yang sangat kecil dan sederhana seperti itu. Amiiin untuk doanya semoga hasil kebun kami bertambah banyak dan melimpah dan sampai ke Belanda! Salam hangat dari Florida.
ReplyDeletePercaya... soalnya saya produksi jaman baheula yang belum ada jeruk sunkist - jadi tahunya cuma jeruk keprok dan jeruk purut, hehehe....
ReplyDeleteApalagi sambil diberikan dengan senyum kecentilan ya, Mbak Gita.... pasti tambah ceria, hihihi...
ReplyDeleteasiknya... metik jeruk di pohon sendiri buat lunch.... jadi pengen Mbak Ari... nunggu panen berikutnya ya...hehhehehhe
ReplyDeleteIya asyik juga kok Mbak Dian... mau coba tanam jugakah? Gampang banget berbuahnya kok. Biar bisa panen sendiri juga, soalnya kalau nunggu panenan yang di Florida waaah... nggak tahu kapan bisa ngirimnya, hehehe...
ReplyDeleteWaa..ah... asyik dong...
ReplyDeleteDirumahku, halamannya cuma 3x3m, ada pohon sawonya satu. Waktu masih di pot, buahnya kecil-kecil tapi banyak. Setelah dipindah, buahnya jadi gede... tapi sedikit! Jadi kalau berbuah, sejak masih pentil sudah di cup. Masing-masing sudah ada yang punya. Tetangga? Sodara? Yaa..ah, maaf aja deh... Yang sudah kita cup juga belon tentu nanti kita yang makan. Yang rame, ketika satu sawo ketahuan mateng, yang ngecup yang boleh metik, tapi makannya rame-rame - paling sedikit berempat. Kadang-kadang seorang dapet sesuwir aja... Asyik juga lah... :-)
Ntar, kalo Ardian mau ke Indo, nggak usah bawa-bawa jeruk keprok deh... Kita cukup coklat, coklat en coklat serta mentahan... (matre mode ON)...
Pohon sawo bisa guede banget nggak, Oom? Nanti halamannya penuh sama pohon sawo nggak? Barangkali pupuknya harus dilihat lagi gimana caranya supaya buah sawonya bisa jadi banyak. Di sini nggak ada buah sawo segar, Oom... adanya kalengan, dan seperti biasanya buah2an semacam itu pasti produk Thailand. Lumayanlah daripada nggak makan sama sekali kalau lagi pengen banget ya beli juga. Tak ada rotan akarpun jadi. Jangan kuatir kalau mau coklat, paling tidak lebih gampang bawanya daripada jeruk...
ReplyDeleteMbak...banyak hal2 disekitar rumah kita yg dapat menimbulkan kebahagiaan tersendiri ya...dan kebahagiaan itu harus kita cari dan ciptakan sendiri...seperti bahagianya Mbak Ari menemani Ardian dibawah pohon jeruk...
ReplyDeletesaat indah yg tak akan terlupakan utk Mbak dan Ardian tentunya.
Betul sekali Mbak Indri, kebahagiaan itu subyektif sifatnya. Tiap orang akan mampu dan bisa menemukan dalam diri mereka sendiri kalau mereka mau. Meskipun sangat subyektif, kebahagiaan itu bisa memancar dan menyebar, dan mempengaruhi lingkungan dengan hal yang positip. Moga-moga saja lebih banyak orang bahagia di dunia ini dan share their happiness karena lebih damai rasanya.
ReplyDeleteMbak Ari, saya disini siap-siap nangkep kiriman buah keproknya :D
ReplyDeleteTangkap nih ... satuuu...duaaa... dua setengah....
ReplyDeleteMbak, tentu saja hasil panen sendiri dgn yg beli di spr market beda jauh!
ReplyDeletemudah2an ada kesempatan nyicipin jeruk keproknya Mbak Ari, insya Allah
Biarpun dari pohon se-unyil, hasil kebun sendiri memang nikmatnya lebih merasuk ke hati ya Mbak Lita... tidak sekedar berhenti di mulut. Waaah.... supaya bisa kasih kesempatan buat Mbak Lita untuk ngincipi jeruk keproknya, mamanya Ardian musti cepet-cepet tanam beberapa pohon lagi nih hehehe... *semangaaat*
ReplyDeletehuehehehhehhhe duh ternyata faham juga..................
ReplyDeleteDuuuh... ini yang ngeledeknya keterlaluan deh... sowwyyy yaaa ... jangan ngambek lhoooo... nanti keriputnya tambah banyak hihihi....(lho, lagi?)
ReplyDeleteMau.....
ReplyDeleteDuch pingin metik sendiri dech dari pohonnya ....
Ayo ke Tallahassee Mbak Me, cuma 4 jam driving dari Mobile kok...
ReplyDeleteEhm...baik banget mba Ari.
ReplyDelete(hehe biasa muji-muji, tau kan maksudnya mba?...pingin kebagian juga,hehe)
Iya, muji-muji pasti ada udang di balik batu. Jangan kuatir, semua dapat tanda tangan hehehe...
ReplyDeletewah mauuuuuuuuuu...tp kok gambarnya lama keliatannya y?
ReplyDeleteBoleeeeeh... tapi sekarang adanya yang metik dari supermarket hihihi... Wah, gambarnya lelet ya?
ReplyDeleteMauuuuu dong
ReplyDeleteBoleeeeeeh... tapi sekarang udah ludes tuh, hehehe....
ReplyDelete